Aceh Besar – Sosio Kultural merupakan soft competence karena berasal dari individu. Sosio kultural juga merupakan pondasi untuk menopang Manajerial dan Teknis, jika tidak maka strategi ASN akan gagal.
Hal ini disampaikan Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara LAN, pada diskusi “Kajian Pengembangan Sosio Kultural Bagi Pegawai ASN di Daerah” yang diselenggarakan Bidang Kajian dan Kebijakan Inovasi Administrasi Negara (KKIAN), di kantor PKP2A IV LAN, Kamis (30/7). Kegiatan diskusi yang dihadiri oleh Tri Widodo selaku Deputi Bidang Inovasi Adminsitrasi Negara LAN dipandu langsung oleh Nurul Hidayah selaku Kabid. KKIAN PKP2A IV.
Nurul Hidayah selaku Kabid. KKIAN PKP2A IV dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa kompetensi sosio kultural sangat penting bagi ASN karena manusia merupakan makhluk sosial sehingga perlu berinteraksi dengan individu lain. Tidak jarang konflik-konflik sesama pegawai ASN lahir dari adanya perbedaan sosio kultural. Sehingga metode-metode yang digunakan dalam penyelesaian konflik harus melihat sisi sosio kultural dengan sudut pandang yang tepat.
Lebih dalam, Nurul Hidayah menyampaikan bahwa berdasarkan temuan data di lapangan, banyak aparatur yang kurang memahami pentingnya peranan aspek sosio kultural dalam penerapan UU ASN. Meskipun pada kenyataan yang sebenarnya aparatur ASN di daerah telah merasakan aspek ini tanpa disadari.
“Sosio Kultural berbeda dengan Manajerial dan Teknis. Sosio Kultural merupakan soft competence karena berasal dari individu” papar Tri Widodo dalam kesempatan diskusi tersebut. “Sosio Kultural juga merupakan pondasi untuk menopang manajerial dan teknis. Jika tidak, maka semua kompetensi strategi ASN akan gagal”, sambungnya lagi.
Widodo menambahkan bahwa sosio kultural meliputi sistem integritas & manajemen diri, keteladanan dan kepeloporan, membangun budaya organisasi, serta membangun karakter kepribadian & nasionalisme pelayanan publik.
Mengakhiri diskusi, Tri Widodo menyampaikan bahwa Kajian ini sangat berguna dalam penerapan UU ASN ke depan. Kajian ini nantinya memberikan potret sosio kultural di Aceh dan Sumatera Utara. Kajian ini juga nantinya dapat merekomendasikan sosio kultural yang bersifat generik. Meskipun setiap daerah mempunyai history yang berbeda, kajian ini nantinya dapat dijadikan sebuah model dalam pengembangan sosio kultural bagi pegawai ASN di daerah lain. (henri/humas).